Ketika banjir dahsyat, Nabi Nuh membawa semua khewan berpasang-pasangan ke dalam kapalnya. Kapal itu meski besar, namun bukan tanpa batas. Agar selama pelayaran tidak terjadi kelahiran yang membuat kapal penuh sesak, Nabi Nuh memerintahkan semua pejantan mencopot anunya dan menggantungkannya di rak yang disediakan. Ketika banjir menyurut, dengan gembira para khewan berlarian turun dari kapal. Tiba-tiba terdengar Nabi Nuh berteriak: "Para pejantan harap kembali ke kapal mengambil anunya masing-masing." Mendengar itu para pejantan kembali ke kapal. Dasar khewan, mereka tidak bisa berdisiplin, masing-masing khewan seenaknya mengambil anu lainnya. Kuda yang larinya paling cepat memilih anu yang paling besar, yaitu milik si gajah. Gajah yang tidak bisa lari kencang terpaksa mengambil anu yang ada. Bebek yang datang paling belakangan tidak menemukan anunya, walau pun sudah dicari ke sana ke mari. Melihat itu Nabi Nuh berkata: "Sepertinya ada yang mengambil lebih dari satu anu deh, begini saja, kamu pakai potongan tali kapal dulu, nanti kalau milik kamu ditemukan, gampang tinggal diganti lagi 'kan?" Semut yang anunya hampir tidak terlihat saking kecilnya, tidak berhasil menemukannya kembali, entah menyingsal di mana? Nabi Nuh berjanji kepada semut: "Nanti kalau ditemukan, saya beritahu salah satu dari kamu, okki dokki yah." Itulah sebabnya mengapa sejak itu kuda berjalan dengan kepala tegak, merasa congkak dengan anunya yang besar. Sedangkan gajah selalu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis mengerti mengapa kini anunya lebih kecil dari anu kuda? Bebek tetap tidak berhasil menemukan kembali anunya, karenanya anu bebek sampai sekarang berbentuk tali spiral. Semut juga belum berhasil menemukan anunya, maka setiap kali berpapasan dengan sesamanya, semut selalu berhenti sejenak dan saling bertanya: "Sudah ketemu belum?"

Bahtera (kapal) Nuh telah lama menjadi kontroversi di dunia arkeologi. Sejarah mencatat bahwa Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat sebuah bahtera karena Tuhan berniat menurunkan hujan maha lebat ke bumi. Al-Quran mengisahkan bahwa Nuh mentaati perintah tersebut dan tepat pada waktu yang telah ditentukan Tuhan, maka turunlah hujan yang sangat lebat ke muka bumi dan menenggelamkan semua makhluk hidup yang ada. Nuh beserta keluarganya dan binatang-binatang yang diselamatkannya kemudian mengapung bersama bahtera tersebut.

Kisah tersebutkemudian menjadi bahan perbincangan yang hangat di kalangan sejarawan dan arkeolog. Ada pihak yang mendukung bahwa kisah tersebut adalah nyata, namun ada juga yang menganggapnya hanya sekedar dongeng. Namun, perdebatan tersebut kini berakhir dengan telah ditemukannya bukti-bukti ilmiah berkaitan dengan kisah tersebut. Sisa-sisa bahtera tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang Kapten angkatan darat dari militer Turki. Ia menemukannya secara tidak sengaja pada waktu meneliti foto-foto wilayah pegunungan Ararat. Kemudian untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, diundanglah ahli-ahli arkeologi dari Amerika Serikat untuk meneliti keabsahannya.



. Alkisah, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh -- nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar -- demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.
Cerita tentang bahtera Nabi Nuh dikisah dalam berbagai kitab suci dan telah difilmkan. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara sudah lama penasaran dengan kebenaran kisah ini. Untuk membuktikan kebenaran cerita itulah, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.
Hari Senin, 26 April 2010 kemarin lalu, mereka mengumumkan telah menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.
Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan klaim mereka. Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah.
Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah. "Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen," kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010



Tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam hari yang disebutkan Allah swt didalam surat Huud ayat 7, anda bisa membuka kembali “Penciptaan Langit dan Bumi” di rubrik ini.

Adapun tentang bahtera Nabi Nuh as ini sesungguhnya Allah swt telah meninggalkannya sebagai salah satu dari tanda kebesaran-Nya dan agar orang-orang yang datang setelahnya dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh Nuh dan orang-orang yang bersamanya yang kemudian diselamatkan dengan bahtera itu sementara orang-orang yang kafir terhadapnya ditenggelamkaan oleh Allah swt, sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَد تَّرَكْنَاهَا آيَةً فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ ﴿١٥﴾
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ ﴿١٦﴾

Artinya : “Dan Sesungguhnya telah kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, Maka Adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS. Al Qomar : 15 – 16)

Sedangkan keberadaan bahteranya setelah Allah swt menyelamatkannya serta orang-orang yang bersamanya juga telah disebutkan didalam firman-Nya :

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءكِ وَيَا سَمَاء أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاء وَقُضِيَ الأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْداً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Artinya : “Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ." (QS. Huud : 44)

Lalu diimana sebenarnya bukit Judi, yang menjadi tempat berlabuhnya bahtera Nuh inilah yang hingga kini masih banyak diperselisihkan orang. Ada yang mengatakan bahwa ia berada di Armenia, ada yang mengatakan di Iraq, ada yang mengatakan di Turki atau juga di daerah Yaman.

Mereka yang mengatakan bahwa bahtera Nuh tersebut berada di Armenia berdasarkan pada apa yang diberitakan didalam injil bahwa bahtera itu terdampar di bukit Ararat.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Ararat bukanlah sebuah bukit akan tetapi ia adalah sebuah perbukitan yang memanjang antara Armenia, Turki dan Iraq bagian utara sementara bukit Judi adalah salah satu bukit dari perbukitan Ararat itu.

Ararat; Tempat Kapal Nabi Nuh Berlabuh

Sementara itu orang yang mengatakan bahwa bahtera Nuh berada di Yaman mengemukakan beberapa argumentasinya seperti :

1. Bahwa tidak pernah terjadi air bah di daerah Asia Tengah yang menjadikan bahtera Nuh berada di Armenia sebagaima disebutkan berbagai sumber sejarah dan hasil dari penelitian orang-orang Amerika di Laut Mati dan daerah-daerah sekitarnya pada tahun 2005.

2. Dan disebutkan didalam beberapa sumber sejarah bahwa asal muasal kaum Nuh adalah Bani Rasib yang merupakan asal-muasal dari orang-orang Yaman yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jazirah Arab.

3. Keberadaan gunung yang disebut dengan Tanur—yang disebutkan didalam Al Qur’an—berada di kota Hamdan propinsi Shan’a.

4. Dan sesungguhnya kuburan Nabi Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm. Hal ini dibuktikan dengan nama kota itu adalah Nahm yang juga nama dari Nabi Nuh as, Nuh adalah Nahm, sebagaimana disebutkan didalam Taurat.

5. Kota Shan’a dahulunya juga bernama kota Saam bin Nuh as.

Sementara itu Imam Ath Thobari mengatakan dari Ishaq bahwa bahtera itu berada di air selama satu tahun, melewati baitullah dan melakukan perputaran (thawaf) sebanyak tujuh kali lalu Allah mengangkatnya agar tidak tenggelam kemudian menuju Yaman dan kembali lagi ke Judi dan berlabuh di sana.

Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al Baghowi didalam tafsirnya masing-masing menjelaskan bahwa bukit judi berada didaerah jazirah dekat al Maushul.

Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bukit Judi adalah bukit besar yang berada disebelah timur Jazirah Ibnu Umar hingga ke sungai Dajlah, berada dipinggiran al Maushul, (panjang bukit itu) dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan. Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa ats tsamanin sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada didalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang menyebutkannya.

Namun dimana letak yang pastinya maka kita serahkan sepenuhnya kepada Allah swt yang Maha Mengetahui segala sesuatunya, Dia lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin.

Kapal yang merupakan penyelamat kehidupan di muka bumi ribuan tahun yang lalu tersebut saat ini tengah menjadi perbincangan dimana-mana, terutama para arkeolog yang menelitinya. Antara percaya dan tidak, tetapi kalau merunut dari isi Al-Qur’an yang bercerita tentang sejarah Nabi Nuh dan umatnya, hal yang mungkin terlihat mustahil bagi sebagian orang dapat menjadi kenyataan sesuai kehendak-Nya.

Diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah SWT untuk membuat bahtera atau kapal. Hal tersebut dikarenakan Allah akan menurunkan hujan yang sangat lebat untuk memberikan adzab bagi kaum Nabi Nuh. Maka segeralah, nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal atau bahtera yang maha besar. Maka setelah kapal selesai dibuat, semua binatang yang ada dikumpulkan dan dinaikkan ke kapal dengan tujuan agar mereka terhindar dari kepunahan.

Dan benar adanya, setelah kapal nabi Nuh selesai dan semua hewan yang berpasangan telah naik ke kapal. Hujan yang maha lebat pun datang. Mereka yang ingkar kemudian tenggelam oleh banjir tersebut, tetapi bagi mereka yang beriman dapat selamat dan melanjutkan kehidupan mereka setelah tertolong oleh kapal Nabi Nuh.

Dikisahkan, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang Bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh — nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar — demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.

Cerita tentang bahtera Nabi Nuh dikisah dalam berbagai buku, sejumlah film dan lain-lain. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara sudah lama penasaran dengan kebenaran kisah ini.

Untuk membuktikan kebenaran cerita itulah, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam ‘Noah’s Ark Ministries International’ selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.

Kemarin, 26 April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.

Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan klaim mereka.

Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah.

Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah.

“Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen,” kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010.

Grup yang beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu.

Kepada media yang hadir saat itu, mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa tambang, paku, dan pecahan kayu.

Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah — begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga keamanan hewan-hewan.

Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO — agar lembaga PBB itu ikut menjaga kelestarian perahu Nuh.

Awalnya, direncananya para arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun, hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini sangat tinggi.

***

Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan misinya.

Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat.

Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO, mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki.

Pada 2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju.

Beberapa ahli lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari pemukiman manusia — yang selamat dari bencana banjir bah.

Namun, peneliti yang mengklaim penemu perahu Nuh membantahnya. “Kami tak pernah menemukan ada manusia yang bermukim di ketinggian 3.500 meter dalam sejarah umat manusia.”

Cuaca sangat dingin di ketinggian 4.000 meter itu oleh para penemu diyakini menjaga kondisi perahu Nuh selama ribuan tahun.


Kapal Nabi Nuh telah ditemukan oleh sekelompok penjelajah Evangelis di Gunung Arafat yang memiliki ketinggian 13 ribu kaki diatas permukaan laut di sebelah timur Turki. Kapal yang diduga milik Nabi Nuh ini hanya berupa sisa-sisa dari kapal yang terdampar disana.

Mereka mengaku menemukan bahtera atau kapal Nabi Nuh yang digunakan untuk menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya dari bencana banjir bah yang diyakini menenggelamkan separuh dari daratan Bumi, 4.800 tahun silam.

Sisa-sisa bahtera Nuh Nuh ditemukan berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.

Tak hanya mengajukan klaim, kelompok peneliti ini juga menampilkan foto dan membawa specimen dari kapal sebagai bukti penguat.

Mereka juga membuat rekaman dokumentasi di dalam benda mirip kapal, ukurannya besar, sebagian besar permukaannya tertutup salju — yang diyakini bahtera Nuh yang legendaris.

Baca lebih lengkap artikel Perahu Nabi Nuh Ditemukan di Turki

0 komentar:

Posting Komentar